Dinar Ekspose, Lampung Selatan — Dari sebuah sekolah negeri di pinggiran Lampung Selatan, prestasi kembali lahir. SMP Negeri 2 Katibung, yang selama ini dikenal sebagai sekolah dengan segala keterbatasan sarana, justru mencuri perhatian dalam ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kabupaten pada 17–18 Juni 2025 lalu. Tiga siswanya berhasil menembus podium, dan siap membawa nama daerah ini ke seleksi provinsi bulan Agustus mendatang.
Bagi sekolah yang terletak di Kecamatan Katibung ini, capaian itu bukan sekadar kemenangan teknis. Ia adalah penanda bahwa transformasi sedang berlangsung pelan tapi pasti. Di baliknya, berdiri figur yang selama beberapa tahun terakhir menjadi motor perubahan: Zain Alyan, kepala sekolah yang dikenal tegas namun dekat dengan siswa.

SMPN 2 Katibung bukan sekolah unggulan dalam peta pendidikan Lampung Selatan. Letaknya cukup jauh dari pusat kecamatan, infrastruktur cukup terbatas, dan mayoritas siswa berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sekolah ini mulai menunjukkan geliat perubahan. Program literasi digiatkan, pelatihan guru diperluas, dan pembinaan prestasi akademik mulai digarap serius.
“Kami memang bukan sekolah favorit, Tapi bukan berarti kami tidak bisa melahirkan siswa berprestasi” kata Zain Alyan dalam satu kesempatan wawancara.
Zain bukan kepala sekolah yang gemar tampil ke publik. Ia lebih banyak bekerja dalam diam, fokus membenahi sistem dari dalam administrasi, kedisiplinan, hingga penataan budaya belajar. Dalam pengakuannya, ia tidak mengejar pencitraan, tapi ingin menanamkan pondasi agar sekolah bisa berjalan mandiri dan konsisten dalam kualitas.
“Kalau hanya mengandalkan semangat sesaat, kita tidak akan sampai ke mana-mana ujarnya tenang. Yang penting sistem kerja dan semangat kolektif guru harus berjalan. Sisanya, prestasi akan datang sendiri.”Terang nya.
Namun capaian ini bukan hanya milik siswa dan kepala sekolah. Ada peran senyap tapi kuat dari para guru di balik layar mereka yang bersedia mengorbankan waktu pribadi, bahkan akhir pekan, demi mendampingi siswa belajar dan berkembang.
Dedikasi itu juga terlihat dalam cara guru-guru bekerja lintas mata pelajaran, saling membantu memetakan kekuatan dan kelemahan siswa. Guru Matematika, IPA, dan IPS duduk satu meja, bukan hanya menyusun strategi soal, tetapi juga mendampingi secara emosional para siswa yang mulai merasa tekanan menjelang lomba.

Dan benar saja kerja keras tidak menghianati hasil. Tahun ini, SMPN 2 Katibung mengirim tiga siswanya dalam ajang OSN dan pulang dengan hasil membanggakan:
• Putri Dwi Apriliani – Juara 2 Matematika
• Mohammad Sani – Juara 3 IPA
• Cut Zahira Alfian Natasya – Juara 5 IPS
Ketiganya tidak hanya menunjukkan kapasitas intelektual, tetapi juga daya tahan belajar yang tinggi. Persiapan OSN dilakukan secara maksimal dengan modul OSN serta diskusi dengan guru pembimbing.
Zain menyebut bahwa sekolah sejak awal tidak mengejar jumlah peserta sebanyak-banyaknya. “Kami tidak ingin kirim asal kirim. Lebih baik sedikit tapi terukur. Kami siapkan anak-anak ini dari semester genap, dengan pembinaan rutin di luar jam pelajaran,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihak sekolah akan terus mendampingi ketiganya dalam menghadapi OSN tingkat Provinsi Lampung pada 13–14 Agustus 2025 mendatang. Termasuk menghadirkan alumni dan guru dari sekolah lain untuk uji simulasi soal.
Bagi Zain, capaian OSN ini bukan tujuan akhir, melainkan bagian dari proses membangun budaya akademik yang lebih kokoh di SMPN 2 Katibung. Itulah sebabnya, ia mendorong guru-guru untuk lebih aktif dalam menyusun kelas pembinaan, menyusun bank soal, dan membuat jurnal reflektif setelah bimbingan.
Dalam banyak hal, SMPN 2 Katibung masih harus berjuang ruang kelas yang belum semua layak, akses ke teknologi yang terbatas, hingga jumlah guru yang belum ideal. Namun dari sekolah itu, telah muncul secercah cahaya yang menandakan masa depan.
Tiga siswa melangkah ke provinsi. Tapi lebih dari itu, sekolah sedang melangkah ke arah yang baru arah di mana kualitas bukan hanya milik sekolah di kota, dan prestasi bukan milik mereka yang punya lebih banyak.
“Saya selalu percaya, bahwa anak-anak dipinggir pesisir ini punya hak yang sama untuk bersinar” ucap Zain Alyan sambil menatap ke halaman sekolah. (Fz)

