Di konfrimasi Awak Media, Humas RSUD Abdul Moeloek “DESI” Hilang Ingatan? 

Dinar Ekspose, Bandar Lampung–24 Juni 2025 Drama ala sinetron siang hari meledak di RSUD Abdul Moeloek. Bukan karena pasien kabur dari bangsal, bukan pula dokter mogok operasi melainkan karena seorang pejabat humas mendadak tak mengenali dirinya sendiri seperti lupa ingatan.

Wartawan datang dengan maksud baik konfirmasi menjalankan tugas profesi yang diamanatkan undang-undang. Pertanyaannya sederhana, “Apakah Ibu Desi, Humas RSUDAM?” Tapi jawaban yang keluar bikin dahi berkerut dan mulut menganga.

“Saya bukan Desi,” katanya sambil berjalan cepat, seperti sedang mengejar kereta yang tak pernah ada.

Sejenak semua terdiam. Bukan karena kehabisan pertanyaan, tapi karena keheranan luar biasa, sejak kapan humas bisa berubah jadi figuran? Padahal sebelumnya, sosok tersebut selama ini dikenal sebagai Desi, pejabat humas yang biasa mengoordinasikan keperluan komunikasi publik rumah sakit. Bahkan di sejumlah pemberitaan sebelumnya, namanya kerap disebut sebagai narahubung resmi RSUD Abdul Moeloek.

Namun siang itu, entah karena cuaca panas atau suhu politik internal yang mulai mendidih, Humas RSUDAM seperti mengalami reinkarnasi mendadak. Identitasnya menguap, tugasnya lenyap, dan publik pun terpaksa menebak-nebak,apakah ini bagian dari strategi komunikasi terbaru?

Semuanya bermula dari niat sederhana menggali informasi soal proyek Gedung Instalasi Kedokteran Nuklir yang dibangun dengan anggaran besar, namun kini terindikasi bermasalah. Gedung itu sudah berdiri, dan yang beredar sudah diresmikan, tapi rupanya ada lubang besar bukan di struktur bangunan, melainkan di laporan keuangannya.

Menurut temuan BPK, proyek ini berpotensi merugikan negara. Tapi saat publik ingin tahu lebih jauh, justru pintu informasi tertutup rapat. Kuncinya? Ternyata dibawa lari oleh seorang humas yang hilang ingatan.

“Kalau begini, jangan-jangan besok dokter spesialis juga ngaku bukan dokter. Atau direktur rumah sakit bilang dirinya Cuma pengunjung,” celetuk seorang jurnalis, mencoba menertawakan keanehan sambil menahan frustrasi.

Tentu, dalam dunia komunikasi publik, seorang humas idealnya adalah wajah ramah institusi. Jembatan antara informasi dan masyarakat. Tapi kali ini, jembatannya tampak roboh. Dan di bawahnya, publik tercebur dalam kolam kebingungan.

Apakah ini strategi bungkam ala stealth mode? Atau sekadar episode lucu dari birokrasi yang makin sulit ditebak logikanya?

Entahlah. Yang jelas, ketika ditanya soal proyek bermasalah, humas RSUDAM memilih menjadi siapa saja asal bukan Desi. (Red/Tim)